Selamat Dataaaang !!

enjoy this blog ,

i love you guys ...

i love you guys ...
sahabat terbaik guee !

Minggu, 02 Desember 2012

Tanya Kenapa?

kita bukan memilih..
apalagi meminta
kalau saja bisa
rasanya ingin jauh dari derita
keluh...
apa guna
bercerita
pada siapa ??
matahari,
hanya tertawa,
terkadang sembunyi
memilih awan untuk menyamarkan jejaknya
angin,
terlalu marah
berhembus merobek hati
bukan lagi menyejukkan
sebab apa ?
kenapa bertanya ?

Kahitna - Hampir Jadi

apa ini jelaskan padaku
ku pikir hampir jadi
masih saja salah langkahku
meski impianku hancur di depan mata
masih saja ku tunggu jawabmu
ku bertahan

reff:
haruskah ku akhiri
aku tak tahu apakah nyata
atau kah prasangka
tak mungkin ku hindari
sanggupkah aku terus melangkah
atau ku pergi saja

sampai hati statusku tak jelas
kini impianku hancur di depan mata
masih saja ku tunggu jawabmu
ku bertahan

repeat reff

mau atau tak mau
suka atau tak suka
kan ku cari jalan sendiri
jalan sendiri
repeat reff
atau ku pergi saja

Minggu, 18 November 2012

Biokimia

Laporan Resmi Praktikum Biokimia
Ekstraksi Alginat dari Rumput Laut
Sargassum sp.



Disusun Oleh :
Hapsari Titi Mumpuni
26020111140086
Kelompok III


Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro
Semarang
2012

BAB I
PENDAHULUAN

    Latar Belakang
Berbagai riset tentang pangkajian manfaat rumput laut telah banyak dilakukan. Di antaranya adalah manfaat rumput laut sebagai penghasil alginat. Sebagaimana telah banyak diketahui alginat merupakan karbohidrat yang dihasilkan oleh rumput laut. Dalam dunia industri alginate banyak digunakan dalam pembuatan agar-agar. Oleh karena itu zat ini mulai dipandang sebagai sumber zat yang mempunyai nilai ekonomis.
Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Didalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.
Produksi alginat secara komersial telah dilakukan oleh beberapa negara maju menggunakan alga dari kelas Phaeophyceae (alga coklat) sebagai bahan bakunya. Produksi alginat sebagian besar berasal dari Amerika Serikat yang melakukan panen rumput laut dari jenis Macrocystis pyrifera di sepanjang pantai California Selatan. Produksi kedua terbesar berasal dari Inggris, yaitu dari jenis Laminaria hyperborea dan Ascophyllumnodosum (http://www.banten.go.id/forum/index.php?action=profile;u=104;sa=showPosts).
Algin merupakan komponen utama dari getah alga coklat (Phaeophyceae) yang diperoleh dengan cara melarutkannya dalam alkali larutan natrium karbonat. Dalam praktikum ini algin akan diekstraksi dari rumput laut Sargassum sp . Pada rumput laut ini alginat ditemukan bersenyawa dengan sodium membentuk sodium alginat. Dengan mengetahui cara memperoleh alginat melalui ekstraksi, kita dapat mengetahui bahwa rumput laut ini memiliki nilai ekonomis yang potensial untuk dapat dikembangkan.

    Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Mengisolasi alginat dari rumput laut Sargassum sp.
1.2.2 Manfaat
Dengan mengetahui cara-cara ekstraksi alginate yang ada didalam Rumput laut Sargassum sp., dapat kita ketahui bahwa didalam rumput laut terdapat zat-zat yang bermanfaat dan potensial dari segi produksi dan ekonomi. Selain itu juga dapat kita pahami cara-cara pemisahan alginate dari rumput laut itu sendiri sehingga dapat kita kembangkan di masa yang akan datang.








\

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumput Laut
Rumput laut sebenarnya adalah ganggang. Disebut rumput laut karena lebih dikenal dalam dunia perdagangan. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut seaweed. Pemberian nama rumput laut sebenarnya kurang tepat, karena secara botanis ganggang tidak termasuk dalam golongan rumput (graminae). Walaupun demikian, karena sudah menjadi istilah umum maka untuk seanjutnya dan seterusnya yang berkenaan dengan alga digunakan istilah Rumput Laut (Sadhori,1992).
Rumput Laut (seaweeds) atau alga makro tumbuh di perairan laut yang memiliki substrat keras dan kokoh yang berfungsi sebagai tempat melekat. Tumbuhan rumput laut ini hanya dapat hidup di perairan apabila cukup mendapatkan cahaya. Pada perairan yang jernih, rumput laut dapat tumbuh hingga kedalaman 20-30 meter. Nutrien yang diperlukan oleh rumput laut dapat langsung diperoleh dari air laut. Nutrien tersebut dihantarkan melalui mekanisme upwelling, turbulensi dan masukan dari daratan. Rumput laut memiliki produktivitas yang cukup besar, dan hewan pemangsa langsung rumput laut relatif sedikit. Diperkirakan bahwa produksi bersih rumput laut yang memasuki jaring makanan melalui pemangsaan (grazing) hanya 10%, sedangkan sisanya sebesar 90% masuk melalui rantai bentuk detritus atau bahan organik terlarut (Nybakken, 1986).
2.2 Rumput Laut Coklat (Phaeophyta)
Ganggang coklat atau Phaeophyceae adalah adalah salah satu kelas dari  berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Pigmen yang lebih dominan adalah pigmen xantofil yang menyebabkan ganggang berwarna coklat. Pigmen lain yang terdapat dalam Phaeophyceae adalah klorofil dan karoten. Semua ganggang coklat berbentuk benang atau lembaran, bahkan ada yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi dengan bagian-bagian serupa akar, batang, dan daun. Umumnya ganggang coklat bersifat makroskopis, dan dapat mencapai ukuran lebih dari 30 meter, dan mempunyai gelembung-gelembung udara yang berfungsi sebagai pelampung. Hampir semua ganggang coklat terdapat di laut terutama di laut yang dingin (Sadhori, 1992).

    Taksonomi
Kerajaan    : Chromalveolata
Filum        : Heterokontophyta
Kelas        : Phaeophyceae

Perkembangbiakan ganggang coklat
Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan fragmentasi dan pembentukan spora (aplanospora dan zoospora). Zoospora yang dihasilkan memilki 2 flagel yang tidak sama panjang dan terletak di bagian lateral. Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan isogami, anisogami, atau oogami (Sadhori, 1992).

Contoh ganggang coklat
    Fucus vesiculosus, banyak terdapat di laut dalam. Ganggang ini berkembangbiak secara oogami dengan menghasilkan sel gamet betina (ovum) dan sel gamet jantan (spermatozoid) . Sel gamet jantan dan betina masing-masing dihasilkan oleh tumbuhan yang berbeda. Sel gamet dihasilkan oleh alat pembiak yang disebut konseptakel. Konseptakel ini berkumpul dalam badan penghasil alat pembiak yang disebut reseptakel. Reseptakel dibentuk di ujung lembaran/talus fertil.
    Sargasum siliquosum, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal. Umumnya menempel pada batu karang. Di pantai yang bersuhu sedang, sargasum tumbuh subur sehingga menutupi permukaan laut. Laut yang demikian disebut laut sargaso.
    Turbinaria australis, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal. Umumnya menempel pada batu karang.
    Fucus distichus
    Laminaria
    Macroystis



Susunan Tubuh
Pada umumnya Phaeophyceae memiliki tingkat labih tinggi secara morfologi dan anatomi diferensiasinya dibandingkan keseluruhan alga. Tidak ada bentuk yang berupa sel tunggal atau koloni (filamen tidak bercabang). Susunan tubuh yang paling sederhana adalah filamen heterotrikus. Struktur talus yang paling kompleks dapat dijumpai pada alga pirang yang tergolong kelompok (Nereocystis, Makrocystis, Sargassum). Pada alga terdapat diferensiasi eksternal yang dapat dibandingkan dengan tumbuhan berpembuluh. Talus pada alga ini mempunyai pelekat menyerupai akar., dan dari alat pelekat ini tumbuh bagian yang tegak dengan bentuk sederhana atau bercabang seperti pohon dengan cabang yang menyerupai daun dengan gelembung udara.
Walaupun ganggang coklat ini mempunyai organisasi badaniyah yang lebih kompleks daripada ganggang lain, tetapi tumbuhan ini bukan merupakan tumbuhan yang telah berhasil berkolonisasi pada lahan kering. Alasan kesimpulan ini ialah bahwa kombinasi pigmen-pigmen fotosintesis, sifat cadangan karbohidratnya dan pembentukan flagel pada tahap-tahap perkembangbiakannya berbeda dengan yang dijumpai pada kelompok tumbuhan darat manapun (Sadhori, 1992).

Ciri-ciri
Phaeophyta, atau ganggang coklat, biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu: (1) Adanya pigmen coklat, yaitu fukoxantin, yang menutupi warna hijau pigmen fotosintesisnya, klorofil a dan c; (2) Hasil fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminarin (diberi nama menurut marga Laminaria); dan (3) Adanya sebuah flagel cambuk dan pada gamet jantan berflagel dua, satu-satunya bagian yang dapat bergerak dalam daur hidupnya, flagel-flagel itu keluar dari sisi sel (Sadhori, 1992).

Habitat
Phaeophyceae pada umumnya hidup dilaut, hanya beberapa jenis saja yang hidup di air tawar dan anggota-anggotanya berkisar dari yang berfilamen bercabang sederhana sampai gulma laut yang kompleks, seperti Sargassum, yang kerumitan organisasinya melebihi ganggang-ganggang lain, dan tentu saja melebihi juga banyak tumbuhan darat.
Sebagian besar Phaeophyceae merupakan unsur utama yang menyusun vegetasi alga di lautan Arktik dan Antartika, tetapi beberapa marga sepeti Dictyota, Sargassum, dan Turbinaria merupakan alga yang khas untuk lautan daerah tropis (Sadhori, 1992).

Perkembangbiakan
Menurut (Sadhori, 1992), reproduksi dapat dilakukan secara vegetatif, sporik, dan gametik.
    Reproduksi Vegetatif
Reproduksi vegetatif umumya dilakukan dengan fragmentasi talus.
    Reproduksi Sporik
Semua anggota dari Phaeophyceae kecuali anggota dari bangsa fucales melakukan reproduksi secara sporik dengan zoospora atau aplanospora yang masing-masing tidak berdinding. Zoospora dibentuk dalam sporangium bersel tunggal (unilokular) atau bersel banyak (Plurilokular). Perkembangan dari sporangia yang unilokular dimulai dengan membesarnya sel terminal dari cabang yang pendek. Pada sporangia terdapat inti tunggal yang mengalami pembelahan meiosis diikuti dengan pembelahan mitosis. Ketika pembelahan inti berhenti, terjadilah celah yang membagi protoplas menjadi protoplas berinti tunggal. Masing-masing protoplas mengalami meteamorfose menjadi zoospora. Alat reproduksi yang plurilokular juga terbentuk dari sel terminal dari cabangnya. Sel ini mengadakan pembelahan tranversal berulang-ulang sehingga terbentuk sederetan sel yang terdiri dari 6-12 sel. Pembelahan sel secara vertikal dimulai dari sel yang letaknya di tengah.
    Reproduksi Gametik
Reproduksi gametik dilakukan secara isogami, anisogami, dan oogami. Gamet biasanya dibentuk dalam gametamia yang prolikuler atau yang unilokuler pada gametofit. Zigot yang terbentuk tidak mengalami masa istirahat dan langsung membentuk sporofit setelah lepas dari gametofit. Pada beberapa bangsa seperti laminariales reproduksinya secara oogami. Anteredium bersifat prolikuler misalnya pada Dictyota dan unilokuler pada Laminaria. Pada phaeophyceae terdapat tiga tipe daur hidup:
    Tipe isomorfik, fase sporofit dan ganetofit morfologinya identik
    Tipe heteroorfik, sporofit dan gametofit morfologinya berbeda
    Tipe diplontik

Daur Hidup
Pada Phaeophyceae terdapat tiga tipe daur hidup :
    Tipe Isomorfik
Pada tipe ini gametofit dan sporofit mempunyai bentuk dan ukuran yang relative sama satu samalain.
Contoh: Ectocarpales, Dictyotales.
Ectocarpales mempunyai pergantian keturuan yang isomorf dan mempunyai tubuh yang berbentuk filament yang bercabang membentuk jaringan pseudoparenkimatik. Sporofit mengeluarkan zoospora dan dan spora netral, sedang gametofit membentuk gamet yang isogami dan anisogami.
Daur hidup Ectocarpus, menurut (Setiawan, 2004).adalah sebagai berikut :








    Tipe Heteromorfik
Pada tipe ini, sporofit berkembang dengan baik dan berukuran makroskopik, sedang gametofitnya berukuran mikroskopik. Berbentuk filamen yang hanya terdiri dari beberapa sel saja. Misalnya, anggota yang tergolong dalam bangsa laminariales.
Anggota dari bangsa laminariales mempunyai pergantian keturunan yang heteromorfik dengan sporofit yang selalu lebih besar dari pada gametofitnya yang ukurannya selalu mikroskopik. Dari marga ke marga gametofik ini identik satu sama lainnya, sehingga yang tampak di lapangan adalah sporofitnya. Pengetahuan yang menyangkut gametofik dari ganggang ini diperoleh dengan menggunakan kultur yang dimulai dari zoospora yang dikeluarkan oleh sporanya yang unilokular.
Pada umumnya merupakan jenis yang tahunan. Sporofit terbagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian. Alat pelekat umumnya merupakan cabang-cabang yang dikotom, disebut haptera. Tangkai tidak bertangkai, silindris atau agak memipih, di ujung tangkai ini terdapat helaian yang utuh atau terbagi vertikal menjadi beberapa segmen. Tangkai terdiri dari medulla (bagian tengah) dan korteks (bagian tepi) dikelilingi selapis sel menyerupai epidermis.
Sporofit mempunyai sporangia yang unilokular dan terdapat pada beberapa helaian. Sporangia berbentuk gada. Inti dari sporangia muda mula-mula membelah secara meiosis (reduksi) yang diikuti oleh pembelahan mitosis sampai terbentuk 32-64 inti. Protoplas terbagi menjadi protoplas yang masing-masing berinti tunggal dan mengadakan metamorphose menjadi zoospora. Setelah berenang beberapa lama zoospora membulat membentuk dinding dan kemudian membentuk buluh kecambah serta tumbuh menjadi gametofit yang berbentuk filamen yang terdiri dari beberapa sel. Pada Laminaria saccharina, penentuan jenis kelamin gametofit terjadi pada saat terjadi pembelahan reduksi, separuh dari zoospora membentuk gametofit jantan, sedang separuhnya lagi membentuk gametofit betina. Gametofit jantan dan betina, keduanya membentuk alat kelamin setelah gametofit mencapai panjang 2-3 sel. Terjadinya pembuahan tergantung pada suhu. Gametofit membentuk banyak sekali anteredia pada ujung cabang-cabangnya. Masing-masing anteredium hanya terdiri dari satu sel, protoplasnya hanya akan membentuk lanterozoid. Oogonium hanya akan membentuk satu sel telur. Sel telur menonjol keluar, tetapi tetap melekat pada lubang di ujung dinding oogonium. Anterozoid berenang menuju sel telur dan bersatu lalu diikuti dengan persatuan inti. Dari zigot yang terbentuk, akan tumbuh menjadi sporofit yang diploid. Bentuk dari sporofit sangat berbeda dengan gametofitnya (Setiawan, 2004).

    Tipe Diplontik
Tipe ini tidak menunjukkan adanya pergantian keturunan. Siklus hidupnya bersifat diplontik. Fase haploid hanya terdapat pada gametnya. Comtoh: Fucales.
Di antara jenis-jenis Phaeophyceae, golongan Fucales ini adalah unik, karena tidak mempunyai keturunan yang membentuk spora. Disini hanya ada satu keturunan yaitu tubuh yang diploid, dengan demikian tidak mempunyai pergantian keturunan. Meiosis terjadi sebelum gametogenesis, jadi yang bersifat haploid hanya gametnya. Adapula yang menganggap keturunan yang diploid tadi sebagai sporofit dan spora yang dihasilkan sporangianya akan berfungsi sebagi gamet. Gamet jantan (anterozoid) berflagela dua buah yang letaknya di bagian lateral. Gamet dibentuk dalam anteredium, gamet betina berupa sel telur yang dibentuk dalam oogonium. Jadi perkembangbiakannya secara oogami. Anteredium atau oogonium dibentuk dalam  konsep takel. Pada umunya terkumpul dalam satu cabang yang menggelembung, cabang-cabang ini disebut reseptakel.
Bangsa ini terdiri dari tiga suku; yaitu Fucaeae, Cystoseiraceae, dan Sargasseaceae.
Sebelum terjadi pembuahan, banyak anterozoid mengelilingi sel telur. Pada ganggang ini terbentuk 8 sel telur. Biasanya hanya satu anterozoid yang masuk ke dalam sel telur. Dalam waktu satu jam kedua inti melebur dan terjadilah inti yang diploid. Zigot segera membentuk dinding yang berlendir dan dapat melekat pada substrat. Zigot kemudian membentuk tonjolan yang akan menjadi rizoid, hingga menunjukkan adanya polaritas. Faktor luar sepeti cahaya, temperatur, PH, dan adanya zat pengatur di dalam sel telur merupakan faktor perangsang bagi terjadinya polaritas. Karena adanya cadangan makanan yang cukup di dalam sel telur, maka mula-mula pertumbuhan embrio cepat, tetapi pertumbuhan menjadi lambat karena tergantung pada fotosintesa. Tubuh yang terbentuk bersifat diploid dan pembelahan reduksi terjadi waktu gametogenesis. Jadi daur hidupnya bersifat diplontik (Rutland, 1983).

2.3 Sargassum sp.
Sargassum sp. merupakan jenis rumput laut dari ordo Fucales dan merupakan alga dari perairan tropik dan sub tropik. Beberpa jenis atau varietasnya terdapat dalam jumlah besar di laut Sargasso. Rumput laut ini berasal dari daerah pantai (Lehninger, 1982).
Di perairan Indonesia terdapat sekitar 28 spesies rumput laut coklat yang berasal dari enam genus diantaranya yaitu Dyctyota, Padine, Hormophysa, Sargassum, Turbinaria dan Hydroclathrus. Spesies rumput laut yang telah diidentifikasi yaitu Sargassum sp. sebanyak 14 spesies, Turbinaria sebanyak 4 spesies, Hormophysa baru teridentifikasi 1 spesies, Padina 4 spesies, Dyctyota 5 spesies dan Hydroclathrus 1 spesies. Jenis-jenis rumput laut tersebut tersebar pada beberapa daerah di Indonesia.
Lingkungan tempat tumbuh algae Sargassum terutama di daerah perairan yang jernih yang mempunyai substrat dasar batu karang, karang mati, batuan vulkanik dan benda-benda yang bersifat massive yang berada di dasar perairan.  Algae Sargassum tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras. Kedalaman untuk pertumbuhan dari 0,5 – 10 m. Marga  Sargassum termasuk dalam kelas Phaeophyceae tumbuh subur pada daerah tropis, suhu perairan  27,25 – 29,30 oC dan salinitas 32–33,5‰. Kebutuhan intensitas cahaya matahari marga  Sargassum lebih tinggi dari pada marga algae merah.
Boney (1965) menyatakan pertumbuha Sargassum mebutuhkan intensitas cahaya matahari berkisar 6500 – 7500 lux.  Algae  Sargassum tumbuh berumpun dengan untaian cabang-cabang. Panjang thalli utama mencapai 1 – 3 m dan tiap-tiap percabangan terdapat gelembung udara berbentuk bulat yang disebut “Bladder,”  berguna untuk menopang cabang-cabang thalli terapung ke arah permukaan air untuk mendapatkan intensitas  cahaya matahari (Setiawan, 2004).       
       
Jenis-jenis Sargassum sp. yang dikenal di Indonesia ada sekitar 12 spesies, yaitu Sargassum duplicatum, S. histrix, S. echinocarpum, S. gracilimun, S. obtusifolium, S. binderi, S. policystum, S. crassifolium, S. microphylum, S. aquofilum, S. vulgare, dan S. polyceratium (Kadi dan Atmadja 1988).

2.4 Alginat
Hasil fotosintesis yang bernilai ekonomis tinggi dan dapat diekstrak dari Sargassum sp. adalah alginat yaitu garam dari asam alginat yang mengandung ion sodium (natrium), kalium dan kalsium (Kadi dan Atmadja 1988). Asam alginat ini merupakan senyawa organik kompleks yang termasuk golongan polisakarida (Chapman, 1980). Komposisi kimia Sargassum sp. berdasarkan hasil penelitian Luhur (2006) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kimia Sargassum sp.
Komposisi kimia    Persentase (%)
Karbohidrat    19,06
Protein    5,53
Lemak    0,74
Air    11,71
Abu    34,57
Serat kasar    28,39
Sumber : Roswien (1991) diacu dalam Luhur (2006)

Algin merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier yang panjang (Winarno, 1990). Bentuk alginat yang paling banyak dijumpai adalah natrium alginat yaitu suatu garam alginat yang larut dalam air. Jenis alginat lain yang larut dalam air adalah kalium atau ammonium alginat, sedangkan alginat yang tidak larut dalam air adalah kalsium alginat (Zailanie et al., 2001).
Kandungan alginat dari rumput laut cokelat sangat bervariasi tergantung dari tingkat kesuburan perairan, musim, bagian dari tanaman yang diekstrak dan jenis rumput laut. Upaya memproduksi alginat di Indonesia masih belum optimal, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian-penelitian guna meningkatkan kandungan alginat, diantarnya melalui optimasi ekstraksi alginat (King, 1983).

2.5 Manfaat Alginat
Indriani dan Sumiarsih (1994), menyatakan bahwa algin banyak digunakan dalam industri:
    Makanan: pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup dan puding.
    Farmasi: tablet, salep, kapsul, plaster, filter.
    Kosmetik: krem, losion, sampo, cat rambut.
    Tekstil, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kain
Natrium alginat digunakan sebagai bahan obat-obatan, kosmetik, cat, semir mobil, dan insektisida. Pada industri cat natrium alginat berfungsi sebagai pensuspensi pigmen, penstabil emulsi, meningkatkan daya rekat, dan menyebabkan permukaan cat lebih baik. Cat yang mengandung alginat juga dapat mengurangi pengaruh terhadap perubahan suhu. Salah satu penggunaan alginat yang sangat penting terutama di Amerika Serikat yaitu sebagai penstabil yang dapat memberikan kehalusan kulit. Penggunaan alginat sebagai penstabil harus dalam larutan alkali sebab jika dalam larutan asam akan membentuk gel. Selain itu alginat juga digunakan dalam industri makanan, minuman, pengolahan ikan, fiber, dan film (Sadhori, 1992).
Industri tekstil dan kertas menggunakan alginat untuk pengembang pada permukaan kertas dan pakaian. Alginat juga dimanfaatkan pada proses pengolahan air dalam hal proses flokulasio. Alginat dalam industri makanan dimanfaatkan sebagai pengental, misalnya pada es krim, puding, cake, bir, pengembang foam dan minuman rasa buah. Alginat dalam bidang farmasi dimanfatkan sebagai pengemulsi, pemadat dan pembungkus kapsul (Sadhori, 1992).



























BAB III
MATERI METODE
3.1 Waktu Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada
Hari/ tanggal         :     Jumat, 25 Mei 2012
Waktu         :     10.00 - selesai
Tempat         :     Laboratorium Biokimia, Jurusan Ilmu Kelautan
            Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
            Universitas Diponegoro
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
No    Nama    Gambar    Fungsi
1    Timbangan   
Untuk menimbang Sargassum
2    Beker glass   
Untuk tempat Sargassum setelah ditimbang
3    Saringan   
Untuk menyaring Sargassum dari larutan
4    Kompor Listrik   
Untuk memanaskan Sargassum
5    Pengaduk   
Untuk mengaduk air rebusan Sargassum
6    Panci         Untuk tempat air hasil rebusan Sargassum
7    Gelas Ukur   
Untuk mengukur banyaknya larutan yang akan digunakan
8    Termometer   
Untuk mengukur suhu
9    Stopwatch   
Untuk menentukan waktu pemanasan
10    Kain mori   
Untuk meyaring sargassum yang telah diberi Na2CO3

3.2.2 Bahan
No    Nama    Gambar    Fungsi
1    HCl 0,5%   
Untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang larut dalam asam dan juga untuk merubah garam alginat dalam rumput laut menjadi asam alginat
2    NaOH 1%   
Untuk menghilangkan kotoran yang larut dalam alkali
3    Na2CO3 4%   
Untuk mengikat jaringan alginat
4    Sampel Sargassum   
Sebagai bahan pembuat alginat
5    Etanol   
Untuk mengendapkan sodium alginat

3.3 Cara Kerja
    Mengeringkan rumput laut sargassum sp, lalu timbang 50 gr
    Memotong dengan ukuran 0,5-0,1 cm
    Merendam dengan larutan HCl 0,5 % pada suhu 50 C selama 10 menit, kemudian saring dan cuci
    Merendam dengan larutan NaOH 1% pada suhu 50 C selama 10 menit, kemudian saring dan cuci
    Melakukan ekstraksi dengan Na2CO3 4% Pada suhu 50 C selama 60 menit. Kemudian saring
    Menambahkan NaOCl 12 % ke dalam filtrat, dinginkan pada suhu 10 C
    Mengasamkan dengan HCl pekat sampai pH=3, Kemudian saring dan angina-anginkan asam alginat yang diperoleh
    Menambahkan larutan NaOH 0,1 N sampai pH=7
    Mengendapkan dengan Butanol
    Menyaring endapan sodium alginat yang terjadi, kemudian keringkan di bawah sinar matahari selama 7 hari
    Menimbang sodium alginat yang di peroleh
    Menghitung kadar alginat dalam Sargassum Sp






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No    Perlakuan    Perubahan pada Sargassum
1    Direndam dengan HCl 0,5% pada suhu 50º C selama 10 menit    Ukuran sargassum lebih besar/mengembang dari ukuran semula
2    Direndam dalam NaOH 1% pada suhu 50º C selama 10 menit    Warna Sargassum lebih pekat (coklat tua)
3    Ekstraksi dengan Na2CO3 4% pada suhu 50ºC selama 1 jam    Sargassum sp. warnanya menjadi lebih gelap, teksturnya menjadi empuk
4    Disaring    Cairan Sargassum berwarna lebih muda
5    Ditambah NaOCl 12%    Warnanya menjadi lebih bening
6    Ditambah HCl pekat    Membentuk gel alginat dan berbusa
7    Ditambah NaOH sampai pH = 7    Menjadi lebih encer dan homogen
8    Diendapkan dengan etanol    Terbentuk serabut endapan sodium alginat

4.2 Pembahasan
Ekstraksi alginat memerlukan tahapan yang cukup panjang dan setiap tahapan dilakukan untuk tujuan yang berbeda.
Proses ekstraksi alginat juga menggunakan HCl yang berfungsi dalam demineralisasi (Susanto et al., 2001). Dalam percobaan ini digunakan HCl 0,5% untuk merendam, kemudian dipanaskan pada suhu 50º C selama 10 menit. Ukuran sargassum mengembang dari ukuran semula setelah dilakukan perlakuan ini.
Setelah disaring dan dicuci dari HCl, sargassum direndam dalam larutan NaOH 1 % untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang larut dalam alkali. Karena sifat NaOH yang basa. Lalu disaring dan dicuci kembali dengan menggunakan air.
Basmal et al, 2001 mengatakan bahwa Na2CO3 berfungsi untuk mengekstrak kandungan alginat yang terdapat di dalam talus rumput laut coklat. Kecepatan ekstraksi alginat yang ada dalam talus sangat tergantung pada konsentrasi Na2CO3, suhu dan lama waktu ekstraksi yang diberikan (Basmal et al, 1998). Pada perlakuan perendaman dengan Na2CO3 4% pada suhu 50º C selama 1 jam membuat tekstur dari sargassum menjadi lebih lembut seperti bubur dan warna cairan lebih tua. Setelah dilakukan perebusan selama 1 jam, cairan disaring menggunakan kain mori.
Proses selanjutnya adalah menambahkan NaOCl 12%  ke dalam filtrat dan didinginkan dari proses ini dihasilkan fitrat yang berwarna bening. Kemudian ditambah HCl pekat sehingga membentuk gel alginat dan berbusa.
Tahapan selanjutnya adalah menambahkan NaOH sampai pH = 7. NaOH senyawa alkali yang berfungsi membentuk natrium alginat dari asam alginat (Basmal et al., 2001). Filtrat diaduk sehingga menjadi lebih encer dan homogen.
Untuk mengendapkan sodium alginat yang didapat, digunakan etanol sehingga terbentuk serabut-serabut endapan sodium alginat. Sodium alginat yang terbentuk kemudian disaring.
Sodium alginat yang diperoleh ditimbang kemudian dihitung kadarnya :
Rendemen = alginat/(rumput laut)  x 100%
Rendemen = 12,5/50 x 100% 
      = 25%


BAB V
KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum ekstraksi alginat, dapat disimpulkan :
    Alginat merupakan senyawa pikokoloid yang mempunyai kemampuan membentuk gel.
    Proses ekstraksi alginat dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya, perendaman dengan larutan NaOH dan HCl, ekstraksi dengan Na2CO3, pengasaman dengan penambahan HCl, pemucatan dengan larutan NaOCl, pengendapan, pemurnian dan pengeringan.
    Hasil ekstraksi dari 50 gram sargassum diperoleh garam alginat sebanyak 12,5 gram dan rendemen alginat sebanyak 25%.










DAFTAR PUSTAKA

Chapman, V.J. and D.J. Chapman. (1980). Seaweed and Teir Uses Third Edition. Chapman and Hall.
Indriani, H dan E. Sumiarsih. 1994. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kadi, A., dan W.S. Atmadja 1988. Rumput Laut (Algae). Jenis, Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pasca panen. Puslitbang Oseanologi – LIPI, Jakarta : 71 pp.
King, H.K. 1983. Brown Seaweed Extract (Alginates). In Glicksman M (ed). Food Hydrocolloids. CRC Press Inc, Bocaraton Florida.
Luhur DA. 2006. Pemanfaatan khitosan absorben dalam pembuatan alginat (Sargassum sp). [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Nybakken, J.W. 1986. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Penerjemah: M. Eidman; Koesoebiono; Dietrich; Hutomo dan Sukardjo). PT. Gramedia, Jakarta
Sadhoris, Naryo S. 1992. Budidaya Rumput Laut. Balai Pustaka: Jakarta
Setiawan, Andi. 2004. Potensi Pemanfaatan Alga Laut Sebagai Penunjang
Perkembangan Sektor Industri. Makalah Ilmiah Ketua Jurusan Kimia. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Winarno, F.G .1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Zailanie, K., T. Susanto dan B.W. Simon. 2001. Ekstraksi dan Pemurnian Alginat dari Sargassum filipendula Kajian dari Bagian Tanaman, Lama Ekstraksi dan Konsentrasi Isopropanol. Jurnal Teknologi Pertanian 2: 10-2.
http://www.banten.go.id/forum/index.php?action=profile;u=104;sa=showPosts  diakses 30 Mei 2012 Pukul 20.07

Mikrobiologi

BAB I
 PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dibawah mikroskop.Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara simetris. Untuk mempermudah penghitungan koloni diperlukan pengetahuan mengenai morfologi bakteri tersebut sehingga media pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut (Penn, 1991).
Sel bakteri amat beragam panjangnya; sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel spesies yang lain (Alcamo, 2001).
Satuan ukuran bakteri ialah micrometer yang setara dengan 1/1000mm. bakteri yang paling umum dipelajari di dalam praktikum mikrobiologi dasar berukuran kira-kira 0,5 – 1 x 2 – 5 µm. sebagai contoh, bakteri stafilokokus dan streptokokus yang berbentuk bola mempunyai diameter yang berkisar dari 0,75 sampai 1,25 µm. Bentuk batang yang berukuran rata-rata seperti bakteri tifoid dan disentri mempunyai lebar 0,5 – 1 µm dan panjang 2 – 3 µm. Sel beberapa spesies bakteri amat panjang; panjangnya dapat melebihi 100 µm dan diameternya berkisar daro 0,1 – 0,2 µm. sekelompok bakteri yang dikenal sebagai mikoplasma, ukurannya khas amat kecil – demikian kecilnya sehingga hamper-hampir tak tampak di bawah mikroskop cahaya. Mereka juga pleomorfik; yaitu morfologinya amat beragam. Ukurannya berkisar dari 0,1 – 0,3 µm (Atlas, 1995).
Walaupun bakteri amat kecil ukurannya, namun dapat diukur dengan relatif mudah serta tepat. Untuk tujuan ini, mikroskop dilengkapi dengan mikroskop ocular, suatu piringan yang diukir dengan garis-garis berjarak sama. Jarak antara garis-garis tersebut ditentukan sebelumnya dengan berpedomankan micrometer pentas, suatu alat yang berfungsi sebagai mistar pada kerja mikroskopis. Pemeriksaan bakteri melalui mikroskop yang dilengkapi mikroskop ocular akan menampakkan garis-garis yang sudah diketahui ukurannya di atas mikroorganisme yang diperiksa sedemikian rupa sehingga panjang dan lebar sel dapat ditentukan dengan mudah (Martinko dan Madigan, 2005).
Sel-sel individu bakteri dapat berbetnuk seperti elips, bola, batang, atau spiral.Masing-masing ciri ini penting dalam mencirikan morfologi suatu spesies (Holt dan Bergey, 1994).
Sel bakteri yang berbentuk seperti bola atau elips dinamakan kokus.Kokus mucul dalam beberapa penataan yang khas tergantung pada spesiesnya.Sel berbentuk silindris atau batang dinamakan basilus.Ada banyak perbedaan dalam ukuran panjang dan lebar di antara berbagai spesies basilus. Ujung beberapa basilus tampak persegi, yang lain bundar, dan yang lain lagi meruncing atau lancip seperti ujung cerutu. Kadang-kadang basilus tetap saling melekat satu sama lainnya, ujung dengan ujung, sehingga memberikan penampilan rantai (Funke et al, 2004).
Bakteri berbentuk spiral terutama dijumpai sebagai individu-individu sel yang tidak saling melekat.Tercakup di dalam kelompok morfologis ini adalah spiroketa, beberapa diantaranya menyebabkan penyakit yang berbahaya bagi manusia.Individu-individu sel dari spesies yang berbeda-beda menunjukkan perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam hal panjang, jumlah, dan amplitudo spiralnya serta kekakuan dinding selnya. Sebagai contoh, beberapa spirilum berukuran pendek, spiralnya berpilin ketat; yang lain sangat panjang dan menunjukkan sederetan pelintiran dan lengkungan. Spiral yang pendek dan tidak lengkap disebut sebagai bakteri koma, atau vibrio (Holt dan Bergey, 1994).
Spesies-spesies tertentu bakteri menunjukkan adanya pola penataan sel, seperti berpasangan, gerombol, rantai atau filament. Pola penataan bakteri berbentuk spiral (Atlas, 1995).
•    Pola Penataan Sel Bakteri Berbentuk Kokus
•    Pola Penataan Sel Bakteri Berbentuk Batang
Bakteri bersifat transparan dan berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.Untuk mengetahui struktur, morfologi, dan sifat kimia bakteri, harus dilakukan pengecatan sel bakteri.Zat warna yang biasa dijadikan untuk mengecat bakteri adalah methylene blue, basic fuchsin, dan crystal violet.Zat warna ini menghasilkan ion warna (chromophore) yang bermuatan positif, sehingga bakteri yang bermuatan negative menarik chromophore kationik (Martinko dan Madigan, 2005).

Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
•    Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
o    Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
o    Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
o    Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
o    Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
o    Staphylococcus, jika bergerombol
o    Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
•    Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o    Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
o    Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
•    Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
o    Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
o    Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua (www.wikipedia.com).
Kehadiran mikrobia pada makanan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.Ada hasil metabolisme spesies mikrobia tertentu pada makanan dibutuhkan dan digemari oleh manusia.Akan tetapi ada beberapa species yang dapat merusak makanan dengan pembusukan atau menghasilkan toksin yang berbahaya bagi manusia.Setiap produk yang dihasilkan oleh mikrobia tergantung jumlah mikrobia yang terkandung dalam suatu bahan atau lingkungan (Fardiaz, 1996).
Ada beberapa cara untuk mengukur atau menghitung mikrobia yaitu dengan perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan pendugaan massa sel secara tak langsung. Perhitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu dengan hitungan mikroskopik, MPN (Most Probable Number), dan hitungan cawan.Dari ketiga metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak dan mudah digunakan.Oleh karena itulah, pada acara praktikum mikrobiologi dasar untuk perhitungan koloni kali ini menggunakan metode hitungan cawan (Fardiaz, 1996).
Koloni adalah kumpulan dari mikrobia yang memilki kesamaan sifat-sifat seperti bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan medium adalah (Dwidjoseputro, 1978) :
1.    Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya serupa suatu titik, namun ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.
2.    Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang. Ada yang tepinya rata, ada yang tidak rata.
3.    Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium, ada pula yang timbul yaitu menjulang tebal di atas permukaan medium.
4.    Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang permukaannya kasar dan tidak rata.
5.    Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang permukaannya suram.
6.    Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
7.    Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras dan kering.
Pada saat perhitungan koloni, apabila jumlah koloni yang di temukan kurang dari standart yang telah di tetapkan, maka suatu sample bisa di katakan murni (Dilliello, 2002). Terkadang untuk menghitung kuantitas mikroorganisme pada sample dapat di uji dengan cara menghitung jumlah koloni pada agar. Agar lempengan yang telah ditetapkan, disingkat jumlah penjumlahan pada lempengan (Standart plate count) (Dwisaputro, 2002).
A. Penghitungan jumlah bakteri hidup (tidak langsung)
1.    Plate Count (hitungan cawan)
Plate count / viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml. koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakteri.(http://ekmon-saurus.blogspot.com)
Di alam fungi dan yeast/khamirjugatidakpernahberada di suatutempathanyadalamsatuspesies. Karenaituuntukmemperolehpopulasi fungi danyeast/khamirdalamkulturmurni, jugaharusdilakukanteknikisolasidanpemurnian. Metodenyaserupabakteri, sumber fungi hamper sama denganbakteri.Perbedaannyabahwapopulasi fungi di air lebihsedikitdibandingkanlingkungandengan pH yang rendah.Pertumbuhan fungi pada medium menunjukkan penampakan yang padaumumnyaberupabenang-benangputihdansangatmudahuntukdilihat.Sedangkan yeast/khamirakantampaksepertikolonibakteriyangtidakmengkilap (Fardiaz, 1992).

Untuk mendapatkan biakan murni ada beberapa cara yang dapat dilakukanyaitu : pengenceran, penuangan, penggesekan untuk menumbuhkan mikrobaanaerob dan pengucilan satu sel. Beberapa factor yang perlu diperhatikan dalammelakukan isolasi mikroba yaitu sebagai berikut :
1.    Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi
2.    Tempat hidup atau asal mikroba tersebut
3.    Medium untuk pertumbuhan yang sesuai
4.    Cara menginokulasi mikroba.

1.2 Tujuan
1.2.1 Purifikasi Bakteri
•    Praktikan dapat melakukan purifikasi bakteri
•    Praktikan dapat mengetahui teknik purifikasi
1.2.2 Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Bakteri
•    Praktikan dapat melakukan pengamatan mengenai morfologi bakteri.


1.2.3 Perhitungan Jumlah Mikroba
•    Praktikan dapat memahami berbagai macam metode perhitungan jumlah mikroba.
•    Praktikan mempunyai ketrampilan untuk melakukan perhitungan jumlah mikroba dalam suatu contoh bahan menggunakan metode perhitungan secara langsung dan tidak langsung.























BAB II
MATERI METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Hari, tanggal    : Minggu, 28 Oktober 2012
Waktu        : 09.00 – 10. 00 WIB
Tempat        : Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat Purifikasi
No    NamaAlat    Gambar    Fungsi
1    Cawan Petri         Sebagai tempat isolate bakteri.
2    Korekapi         Untuk menyalakan bunsen.
3    Bunsen         Untuk membentuk zona steril.
 4    JarumOse         Untuk memindahkan bakteri.
 5    Label         Untuk menamai cawan petri.

2.2.2 Alat Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Bakteri
No.    Nama Alat    Gambar    Fungsi    Keterangan
1    Spidol         Untuk membuat kuadran  
2    Lampu         Untuk menerangi media saat perhitungan  
3    Alat Tulis         Untuk mencatat hasil perhitungan  







2.2.3 Alat Perhitungan Jumlah Mikroba
No.    Nama Alat    Gambar    Fungsi    Ketera-ngan
1    Spidol         Untuk membuat kuadran  
2    Penggaris         Untuk membuat kuadran  
3    Lampu         Untuk menerangi media saat perhitungan  
4    Alat Tulis         Untuk mencatat hasil perhitungan  
5    Hand Counter         Untuk menghitung jumlah mikroba  

2.2.3 Bahan Purifikasi
No    NamaBahan    Fungsi
1    Alkohol 70%    Sebagaidesinfektan
2    IsolatBakteriSargassum polycystum    Sampel yang dipurifikasi
3    Media Agar    Sebagai media penanamanbakteri.


2.2.4 Bahan Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Bakteri
No    Nama    Fungsi
1    Isolat bakteri    Sampel yang diidentifikasi
2    Alkohol    Untuk sterilisasi
3    Media Zobells 2216e    Media tanam bakteri
2.2.5 Bahan Perhitungan Jumlah Mikroba
No.    Nama    Fungsi    Keterangan
1.    Isolat bakteri    Sampel yang akan dihitung jumlah mikrobanya  
2.    Media Zobells    Sebagai tempat atau media tumbuh bakteri  
3.    Alkohol    Untuk sterilisasi  

2.3 Cara Kerja
2.3.1 Purifikasi Bakteri
Bakteri dibedakan berdasarkan morfologinya (bentuk, warna dan tekstur).

Goreskan pada media baru dengan metode streak

Inkubasi selama 5 hari hingga koloni-koloni bakteri terpisah

Koloni-koloni yang sudah murni dipindahkan ke media agar baru
2.3.2 Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Bakteri

Membuat garis kuadran I-VIII pada cawan petri


Melakukan perhitungan koloni pada masing-masing kuadran lalu jumlah total koloninya


Mengidentifikasi bakteri berdasarkan warna, bentuk dan teksturnya (minimal 3 bakteri)


Memberi nama (contoh: a dan b) mengambil salah satu koloni dengan jarum ose lalu goreskan ke media baru

2.3.3 Perhitungan Jumlah Mikroba

Melakukan perhitungan koloni masing-masing pengenceran


Menghitung jumlah mikroba hingga ditemukan jumlah koloni per ml atau per gram

















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Purifikasi Bakteri





3.1.2 Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Bakteri
Pengenceran 10-3
Kuadran I    : 81
Kuadran II    : 73
Kuadran III    : 56
Kuadran IV    : 70
Kuadran V    : 39
Kuadran VI    : 47
Kuadran VII    : 277
Kuadran VIII    : 42    +
Total        = 658
Identifikasi Morfologi
No    Bentuk    Tekstur    Warna
1    Hifa    Tidak teratur    Putih susu
2    Bulat    Tidak teratur    Putih susu
3    Lonjong    Cembung    Putih susu

Pengenceran 10-4
Kuadran I    : 4
Kuadran II    : 8
Kuadran III    : 20
Kuadran IV    : 11
Kuadran V    : Swam
Kuadran VI    : 18
Kuadran VII    : 24
Kuadran VIII    : 7     +
Total        = 97
Identifikasi Morfologi
No    Bentuk    Tekstur    Warna
1    Bulat biasa    Timbul    Putih susu
2    Bulat telur mata sapi    Datar    Putih transparan
3    Hifa    Datar    Putih susu

Pengenceran 10-5
Kuadran I    : 108
Kuadran II    : 141
Kuadran III    : 141
Kuadran IV    : 138
Kuadran V    : 108
Kuadran VI    : 126
Kuadran VII    : 126
Kuadran VIII    : 77    +
Total        = 965
Identifikasi Morfologi
No    Bentuk    Tekstur    Warna
1    Bulat telur    Datar    Kuning
2    Bulat simetris    Datar    Putih
3    Lonjong    Datar    Putih

3.1.3 Perhitungan jumlah Mikroba
Perhitungan dilakukan pada biakan di pengenceran 10-3 sampai 10-5
No.    Pengenceran    Jumlah koloni
1    10-3    689
2    10-5    94 (terdapat swam)
3    10-6    965

Perhitungan diambil dari pengenceran 10-3 :
689 x 10-3 per 100 µL    = 6850/ 1 mL
Jika 1 gram / 1 mL    = 6850 maka 5 gram / 5 mL    = 6850 x 5 = 34250
6850 x 5  x 10-3    = 34250
10-2            = 342.500
10-1            = 3.425.000
100            = 34.250.000 / 5mL

Jadi, dalam 5 mL sampel yang diencerkan pada pengenceran 100 terdapat 34.250.000 koloni bakteri
3.2 Pembahasan
3.2.1 Purifikasi Bakteri
Purifikasi bertujuan untuk mendapatkan biakan murni dari satu jenis bakteri dalam suatu koloni bakteri. Cara yang dilakukan adalah dengan mengambil satu sampel bakteri dari bakteri yang sudah ditanam sebelumnya kemudian dipindahkan ke media baru dengan metode streak.
Setelah didapat biakan murni, kemudian hasil purifikasi dipindahkan ke media miring dan media broth. Kedua media ini ditempatkan di tabung bukan di cawan, hal ini bertujuan untuk meminimalisir kontaminasi bakteri lain karena luas permukaan yang lebih sempit dibandingkan dengan cawan.
3.2.2 Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Bakteri
Pengamatan dimulai dengan membagi cawan menjadi 8 kuadran kemudian agar memudahkan kita menganggap jumlah koloni pada kuadran yang sama besar adalah sama.
Setelah dilakukan perhitungan jumlah koloni menggunakan hand counter, identifikasi bentuk, warna dan teksturnya.
Pada praktikum kaliini hanya didapat 3 warna bakteri yaitu putih transparan, putih susu dan kuning. Sedangkan untuk Bentuk ditemukan koloni berbentuk hifa, bulat simetris, bulat telur dan lonjong.
Untuk mengidentifikasi tekstur bakteri, kita cukup melihat cawan dari samping, memang sedikit sulit tetapi tekstur yang timbul akan sedikit terlihat jika kita mengamati dari samping cawan.

3.2.3 Perhitungan Jumlah Mikroba
Dari pengenceran yang dilakukan, perhitungan jumlah koloni hanya dilakukan pada pengenceran 10-3 sampai 10-6 karena kepadatan bakteri lebih tinggi pada pengenceran di bawah 10-3 dan akan menyulitkan perhitungan.
Perhitungan jumlah koloni dimulai dengan membuat VIII kuadran, kemudian menghitung dengan menggunakan hand counter.
Setelah dilakukan perhitungan, tulis data masing-masing pengenceran pada tabel. Perhitungan dapat dilakukan jika jumlah koloni lebih dari 300 dan kurang dari 3.000.000 dan diusahakan tidak terdapat swam.
Swam adalah koloni bakteri yang kurang membentuk koloni atau tidak terlihat membentuk koloni karena pengaruh air laut yang tidak sengaja ikut tertanam ke media.
Pada perhitungan ini, diambil data dari pengenceran 10-3 dimana terdapat 689 koloni atau 689.10-3/ 100 µL atau juga sama dengan 6850 per 1 mL.
Jika dalam 1 gram/1 mL ada 6850 maka dalam 5 gram/ 5 mL terdapat 5 kali 6850 koloni, yaitu 34.250 x 10-3
Maka dapat dikatakan, dalam pengenceran 10-3 terdapat 34.250 x 10-3koloni bakteri.
Setelah itu didapatlah hasil untuk pengenceran 10-2 sejumlah 342.500 pengenceran 10-1 3.425.000 dan pengenceran 100 34.250.000










BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
•    Purifikasi adalah teknik untuk mendapatkan satu  biakan murni dari beberapa koloni bakteri.
•    Bentuk koloni bakteri yang ditemukan pada praktikum kali ini adalah hifa, bulat simetris, bulat telur dan lonjong
•    Bakteri mempunyai tekstur dan warna yang beragam, contoh tekstur bakteri misalnya datar, cembung, atau tidak teratur.
•    Perhitungan jumlah koloni dapat dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung.
•    Perhitungan koloni dilakukan dengan metode plate count atau hitungan cawan dan metode ini termasuk metode tidak langsung.
4.2 Saran
•    Asisten lebih telaten lagi membantu praktikan agar praktikan benar-benar memahami.
•    Praktikan harus lebih teliti dan serius memperhatikan asisten.






DAFTAR PUSTAKA

Alcamo IE (2001).Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett
Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby
Dwidjoseputro, D., Prof.,Dr. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi.Jakarta : Djambatan
Fardiaz, S. 1990. Fisiologi Fermentasi. IPB, Bogor.
Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction (edisi ke-8th ed,). San Francisco: Benjamin Cummings
http://ekmon-saurus.blogspot.com diakses pada hari Sabtu, 3 November 2012 Pukul 15.00
Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms (edisi ke-11th ed.). Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall
Penn, C. 1991. Handling Laboratory Microorganism. Open University, Milton Keynes.
Saputro D. 2002.Dasar-dasar Mikrobiologi.Cetakan ke – 10.Jakarta : Universitas Indonesia ( IU-Press ).















Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi Laut
Purifikasi Bakteri, Pengamatan Morfologi dan Identifikasi Bakteri, Perhitungan Jumlah Mikroba





Disusun Oleh :
Hapsari Titi Mumpuni
26020111140086
Kelompok 6

Asisten :
Heru Kurniawan Alamsyah
K2D 009 075

Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro
Semarang
2012


Kamis, 13 September 2012

Tentang Sebuah 'Kepergian'

INI PUISI BJ HABIBIE UNTUK ALM. ISTRINYA :')

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,

dan kematian adalah sesuatu yang pasti,

dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,

adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,

pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,

aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,

tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.

mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,

Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,
calon bidadari surgaku ....

BJ.HABIBIE

Kamis, 16 Februari 2012

I Will Always Love "WHITNEY" ♥

If I should stay,
I would only be in your way.
So I'll go, but I know
I'll think of you ev'ry step of the way.

And I will always love you.
I will always love you.
You, my darling you. Hmm.

Bittersweet memories
that is all I'm taking with me.
So, goodbye. Please, don't cry.
We both know I'm not what you, you need.

And I will always love you.
I will always love you.

(Instrumental solo)

I hope life treats you kind
And I hope you have all you've dreamed of.
And I wish to you, joy and happiness.
But above all this, I wish you love.

And I will always love you.
I will always love you.
I will always love you.
I will always love you.
I will always love you.
I, I will always love you.

You, darling, I love you.
Ooh, I'll always, I'll always love you.

Siapa Aku

Pemegang salah satu peran dari skenario yang ditulis Tuhan... Dimana aku mempunyai bagian menjadi perempuan anak manusia yang terlahir sempurna tanpa cacat.

Lukisan Tuhan... tertoreh dengan banyak warna yang indah... meskipun keindahan dari Tuhan tidak selalu ku jaga karena aku tak sempurna, aku dekat dengan salah dan lupa!

Aku adalah bongkahan rasa percaya, gumpalan sendu, percikan semangat, perca tangis, butiran bahagia, serpihan rasa bangga dan semua itu menyatu meski terkadang muncul tak terkendali...